Tersenyum merupakan sarana mengekspresikan bahasa tubuh yang menyehatkan dan menyenangkan. Orang lain pasti akan merasa nyaman ketika melihat foto teman atau keluarganya yang dipasang di album foto, memasang wajah tersenyum. Terlebih ketika berpapasan di jalan, kemudian satu sama lain saling melempar senyum maka suasana hati pun akan sangat berbeda.
Tersenyum ternyata tak hanya membuat citra seseorang menjadi ramah terhadap orang lain. Namun lebih dari itu, tersenyum diketahui dapat meningkatkan kesehatan dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Senyum merupakan sesuatu yang sangat sederhana, namun memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan bahkan merupakan sebuah kado istimewa bagi orang lain.
Menurut Setia Asyanti SPsi, MPsi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), sejak bayi sebenarnya manusia sudah dibekali dengan insting alami untuk tersenyum. Namun seiring dengan bertambahnya usia, ternyata senyuman tersebut semakin berkurang. “Ada fakta bahwa anak-anak tersenyum dan tertawa sebanyak 300 hingga 400 kali sehari, namun ketika dewasa hanya sekitar 15 kali saja sehari,” jelasnya saat ditemui di kampus UMS.
Dirinya menjelaskan, senyuman memang mengirimkan pesan tertentu kepada orang lain. Sebagai contoh, dua orang memiliki sifat murah senyum dan berwajah muram, maka jika diminta memilih pasti akan memilih yang murah senyum. “Dari ilustrasi sederhana ini maka dapat disimpulkan bahwa senyuman memang mengirimkan pesan tertentu kepada orang lain. Orang yang selalu senyum memang akan membuat orang lain menjadi nyaman sehingga lebih mudah didekati,” tutur dosen yang akrab disapa Anti ini.
Dalam ilmu psikologi sendiri, senyuman dibagi dalam dua jenis yakni sebagai tindakan individu yang dihasilkan dari kebahagiaan dan sebagai tindakan sosial guna memberi tahu bahwa sedang bahagia. Sebagai ekspresi kondisi kejiwaan, Anti menjelaskan, ketika seseorang merasa bahagia maka akan sangat mudah untuk tersenyum. Dan sebaliknya akan menjadi sulit tersenyum ketika dalam kondisi emosi negatif.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, mungkinkah seseorang tetap dapat tersenyum meski suasana hati sedang tidak nyaman. “Terutama bagi mereka yang bekerja dalam bisnis pelayanan seperti rumah sakit, tersenyum merupakan hal wajib saat bekerja. Maka dalam kondisi seperti inilah seseorang harus belajar tersenyum dalam kondisi apapun,” terangnya.
Menurut penelitian, manusia secara insting mampu membedakan senyuman yang mereka rasakan. Dan para ahli sendiri telah menyederhanakan senyuman menjadi dua jenis yaitu duchenne smile dan pan America smile. Anti menerangkan, duchenne smile sering disebut dengan senyuman tulus. Senyuman ini berpusat pada otot di kedua ujung mulut serta mata dan dihasilkan oleh rasa bahagia dari dalam.
Contoh senyuman ini adalah senyuman bayi. Sedangkan pan America smile, sering disebut juga dengan senyuman profesional. Senyuman ini akan sering dijumpai pada kantor pelayanan umum yang memiliki konter pelayanan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan sikap sopan santun.
Menurut Anti, ditinjau dari sisi kesehatan, ketika tersenyum maka otomatis otot zygomatic mayor akan bergerak. Otot ini menarik sudut bibir ke atas sampai ke tulang pipi, akibatnya aliran darah ke otak meningkat. Alhasil, semua sel dan jaringan tubuh menerima oksigen lalu menumbuhkan perasaan lepas dan bahagia. Selain tersenyum, tertawa pun membantu pengiriman oksigen ke paru-paru lebih banyak, memperlebar pembuluh darah, mempercepat penyembuhan penyakit, menstabilkan fungsi-fungsi tubuh, membantu tubuh lebih kuat menghadapi infeksi, dan mengirimkan darah lebih cepat ke organ kaki dan tangan.
Cepat Tua
Anti melanjutkan, tersenyum dan tertawa juga mampu meningkatkan sekresi catecholamines dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasa segar, penuh semangat dan senang. Pada gilirannya sekresi kortisol dan kecepatan pengendapannya akan menurun, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Tertawa juga melatih otot dada, pernapasan, wajah, kaki, dan punggung. “Oleh karena itu tidak mengherankan bila kita merasa lelah setelah banyak tertawa. Karena pada dasarnya kita sama saja baru melakukan olahraga cukup berat,” ungkapnya. Sebaliknya sebuah fakta menunjukkan pada orang yang sering marah, otot wajah berkontraksi sebanyak 32 buah. Sementara pada orang yang ceria dan penuh senyuman, otot yang berkontraksi sebanyak 12 buah.
“Ini berarti otot wajah lebih bekerja keras ketika dalam kondisi marah atau emosi negatif. Konsekuensinya adalah orang yang mudah marah atau jarang tersenyum akan tampak cepat tua dibandingkan dengan orang yang sering senyum,” katanya.
source: Ikrob Didik Irawan/joglosemar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar