Salah satu masalah yang diatasi dengan hipnosis adalah penyakit tertentu yang diketahui bahwa akar masalahnya merupakan emosi negatif di dalam pikiran bawah sadar. Tidak hanya masalah fobia, melainkan juga berbagai kasus lain yang memaerkan seperti kanker. Praktik hipnosis sebetulnya telah sangat lama dipraktikkan di dunia kesehatan di berbagai negara. Berbagai asosiasi profesi dokter maupun psikologi di banyak negara maju telah mengakui keberadaan hipnosis. Sayang, di Indonesia perguruan tinggi belum menjadikan hipnoterapi sebagai bidang keahlian atau spesialisasi yang diajarkan, seperti halnya akupuntur. "Padahal dokter merupakan figur otoritas yang bisa membantu pasien secara efektif, dan tidak melulu dengan obat. Tapi kebanyakan dokter tidak tahu prinsip kerja pikiran. Akibatnya mereka memberikan resep obat sebagai solusi untuk masalah mental atau pikiran," kata Ariesandi Setyono dari AHI. Mengutip pendapat Adi W. Gunawan, guru hipnosis yang antara lain mengajarkan Scientific EEG dan Clinical Hypnotherapy, Gereja Katolik yang dikenal konservatif pun sejak 1847 telah mengakui praktik hipnosis. "Aplikasi hipnosis untuk anestesi, dalam hal ini untuk membantu wanita melahirkan, juga telah diterima," ungkapnya. Hal itu tampak dari pernyataan Paus Pius XII yang dipublikasi tahun 1956 dan 1957, yang dengan sangat hati-hati memberikan persetujuan terhadap penggunaan hipnosis untuk terapi. Sikap Gereja Katolik terhadap hipnosis hingga saat ini, menurut Adi, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Hipnosis adalah pengetahuan ilmiah yang serius, dan bukan sesuatu yang dilakukan asal-asalan, 2) Dalam pemanfaatan hipnosis secara ilmiah harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan tanggung jawab keilmuan dan moral, 3) Pemanfaatan hipnosis untuk anestesi mengikuti prinsip yang sama dan berlaku untuk anestesi lainnya. Beragam bidang Di Indonesia, sebetulnya telah banyak praktisi yang memanfaatkan hipnosis untuk membantu pasien atau klien keluar dari masalah kesehatan. Sekadar contoh, seorang dokter di Semarang mengatasi kelumpuhan beberapa pasiennya secara cepat dan efektif menggunakan hipnoterapi. Dokter lain di Surabaya menggantikan obat bius atau anestesi dengan hipnoterapi saat melakukan operasi, dan hasilnya lebih optimal, tanpa menanggung efek samping obat. Di Jakarta seorang dokter membantu pasien pasca stroke menghilangkan kecacatan dan mengembalikan memori yang hilang secara efektif. Beberapa dokter gigi menggunakan hipnosis untuk membantu pasien yang takut pada bor. Sejumlah dokter menggantikan bius dengan hipnosis saat melakukan sunat massal. Para praktisi hipnoterapi memang bukan hanya penyembuh alternatif, melainkan juga psikiater, psikolog, dokter ahli bedah, dokter ahli kandungan dan kebidanan, dokter ahli penyakit dalam, dan sebagainya, termasuk dokter ahli gizi klinik dalam mengatasi masalah obesitas. "Pasien obesitas tidak cukup hanya diberi obat dan disuruh mengatur makan saja," ujar Prof. Dr. Walujo Soerjodibroto, Ph.D, guru besar kedokteran dari Universitas Indonesia, dalam simposium Perkumpulan Kedokteran Antipenuaan Indonesia (Perkapi). Menurut dokter ahli gizi klinik ini, obesitas karena aspek fisik (menderita insulin resistance serta gangguan serius lainnya) maupun aspek mental (sangat tidak disiplin dalam makan dan pola hidup) sangat berbeda dengan orang yang sekadar kelebihan berat badan (overweight). Mengubah perilaku sangat sukar dan hampir tidak mungkin berhasil. Salah satu upaya yang sudah terbukt keberhasilannya, kata Prof. Walujo, adalah mengubah mindset dengan behavior modification atau modifikasi perilaku. Namun upaya ini sangat tidak mudah, karena perlu kesabaran, ketelitian, dan kemauan kuat dari pasien maupun dokternya. Pendidikan atau penyuluhan pada orang obes hampir dipastikan gagal. "Satu cara cepat dan aman untuk menghasilkan perubahan mindset adalah dengan hipnoterapi. Pada kondisi sub-concious, beragam potensi internal yang ada di pikiran bawah sadar pasien dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidupnya," kata Prof. Walujo. Banyak kasus psikosomatis Dalam praktiknya, para praktisi hipnosis banyak menjumpai berbagi penyakit yang bersumber dari kondisi mental atau emosi (psikosomatis atau psikofisiologis). Mulai dari sakit maag, sakit kepala, sakit jantung, sesak napas, sakit mata, lumpuh, kanker, dan sebagainya. Bagaimana dapat terjadi keluhan fisik, sedangkan persoalannya adalah emosi atau mental? Menurut Adi Gunawan, ada banyak hukum yang mengatur cara kerja pikiran, di antaranya: 1) bahwa setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi fisik, 2) gejala yang muncul dari emosi cederung mengakibatkan perubahan pada tubuh fisik bila gejala ini bertahan cukup lama. Bila seseorang berpikir secara konsisten dan meyakinkan dirinya bahwa ia sakit jantung, cepat atau lambat ia akan mulai merasa tidak nyaman di daerah dada, yang ia yakini sebagai gejala sakit jantung. Bila ide ini terus-menerus dipikirkan dan akhirnya ia menjadi sangat yakin, menjadi belief, karena gejalanya memang "benar" gejala sakit jantung, maka sesuai bunyi hukum kedua, ia akan benar-benar sakit jantung. "Biasanya orang tidak secara sadar ingin mengalami sakit. Umumnya yang mereka rasakan adalah suatu perasaan tidak nyaman, secara emosi. Sayangnya, mereka tidak mengerti bahwa perasaan tidak nyaman ini sebenarnya adalah salah satu bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar," kata Adi, yang menguasai berbagai teknologi pikiran seperti NLP, Brain Wave, dan sebagainya. Di antara ribuan kasus yang pernah ditangani Adi, kasus yang menurutnya menarik adalaah bahwa ternyata ada bagian diri atau Ego State yang menangani kesehatan seseorang. Hal ini sangat tampak pada klien yang mengalami DID (Dissociative Identity Disorder), yaitu orang yang kepribadiannya split off atau pecah menjadi banyak alter. "Saat satu alter aktif maka kondisi fisik dan kesehatan klien berubah mengikuti kondisi alter. Jadi, misalnya klien dalam kondisi normal mengidap diabetes dan matanya minus. Saat alter aktif, dan misalnya alter ini sehat secara fisik; maka klien menjadi sehat, tidak sakit diabetes, dan matanya normal. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisik atau kesehatan kita mengikuti 'program' yang ada di pikiran bawah sadar," papar Adi Gunawan. Hal menarik lainnya adalah bahwa hampir semua masalah kesehatan bisa dilacak sumbernya di pikiran bawah sadar. Menurut Adi, yang paling sering terjadi adalah tubuh menjadi sakit karena adanya emosi negatif yang tertekan di bawah sadar. Emosi ini, sebenarnya merupakan suatu bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar. Karena tidak bisa muncul ke permukaan, akhirnya termanifestasi dalam bentuk gangguan fisik. Salah satunya adalah kanker. "Penyakit kanker disebabkan terutama oleh perasaan benci, dendam, marah, atau perasaan bersalah yang hebat. Saat emosiemosi ini berhasil diproses, maka seringkali kankernya sembuh," tandas Ketua Ikatan Hipnoterapis Indonesia ini. 7 Penyebab Psikosomatis Psikosomatis atau psikofisiologis merupakan penyakit yang bersumber pada kondisi mental atau emosi negatif di bawah sadar. Di luar dugaan, penyakit psikosomatis inilah yang sekitar 90 persen terjadi pada kasus orang sakit. Mulainya dari adanya perasaan tidak nyaman, yang sebenarnya merupakan salah satu bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar, namun tidak dipahami. Menurut Adi Gunawan, ada lima cara pikiran bawah sadar berkomunikasi dengan pikiran sadar. Bisa melalui perasaan, kondisi fisik, intuisi, mimpi, dan dialog internal. "Umumnya pikiran bawah sadar menyampaikan pesan melalui perasaan atau emosi tertentu. Bila emosi ini tidak ditanggapi atau diperhatikan maka ia akan menaikkan level intensitas pesannya menjadi suatu bentuk gangguan fisik, dan terjadilah penyakit psikosomatis," paparnya. Mengutip David Cheek, MD dan Leslie LeCron, Adi menjelaskan adanya tujuh hal yang bisa mengakibatkan psikosomatis: 1. Internal conflict Konflik di dalam diri yang melibatkan minimal dua Ego State. 2. Organ language Bahasa yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan perasaannya. Misalnya, "Ia bagaikan duri dalam daging yang membuat tubuh saya sakit sekali." Bila pernyataan ini sering diulang, maka pikiran bawah sadar akan membuat bagian tubuh tertentu menjadi sakit sesuai semantik yang digunakannya. 3. Motivation/secondary gain Keuntungan yang bisa didapat dengan sakit yang diderita, misalnya mendapat perhatian dari orangtua, suami, istri, atau lingkungan, atau terhindar dari beban tanggungjawab tertentu. 4. Past experience Pengalaman di masa lalu yang bersifat traumatik, dan memunculkan emosi negatif yang intens dalam diri seseorang. 5. Identification Penyakit muncul karena mengidentifikasikan diri dengan seseorang atau figur otoritas yang dikagumi atau dihormati. Ia mengalami sakit seperti yang dialami figur otoritas itu. 6. Self punishment Pikiran bawah sadar membuat sakit karena yang bersangkutan memiliki perasaan bersalah karena melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang dipegangnya. 7. Imprint Program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens. Contohnya orangtua tanpa sadar menanamkan program ke pikiran bawah sadar anak dengan berkata, "Jangan sampai kehujanan, nanti sakit." Pikir Dulu Sebelumnya Banyak orang mengalami penderitaan bertahun-tahun akibat perbuatan tanpa sadar pihak lain yang dapat dan telah menciptakan derita itu. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus, yang mudah-mudahan dapat memberikan gambaran lebih jelas betapa dahsyat pengaruhnya terhadap pikiran bawah sadar. • Seorang wanita mengalami kesulitan melakukan hubungan seksual dengan suaminya, karena setiap kali berhubungan intim vaginanya sakit luar biasa. Ketika diusut di level bawah sadar, diketahui bahwa hal itu terjadi karena ia memegang teguh nasihat ibunya. Pada saat menstruasi pertama kali, ibunya berpesan: "Kamu sudah dewasa, jaga selalu keperawananmu dengan baik." Sejak itu ia menjaga keperawanannya, bahkan tanpa sadar terhadap suaminya pun demikian. • Seorang pria (43 tahun) merasa hidupnya tinggal dua tahun lagi. Dia percaya akan mati akibat sakit jantung. Beberapa rumah sakit di dalam dan luar negeri sudah memeriksa, jantungnya sehat. Setelah diusut, ternyata di masa lalu ia mendengar dokter berkata, kalau tubuhnya dibiarkan gendut usianya mungkin sama dengan ayahnya. Kebetulan ayahnya juga gendut dan meninggal pada usia 45 tahun. • Seorang ibu mengeluh, anaknya tak bisa dekat dengannya, sekeras apapun ia berusaha. "Padahal saya juga menyusuinya," katanya. Sebaliknya dengan sang ayah, si anak terlihat begitu cintanya. Dibelikan barang murahan pun oleh ayahnya, anak itu begitu senang. Bila sang ibu memberinya barang mewah, reaksinya selalu dingin. Ketika diusut ke alam bawah sadarnya, anak yang telah mahasiswa ini sejak masih di dalam kandungan merasa sedih dan kecewa terhadap ibunya karena kehadirannya ditolak. Si ibu mengakui, memang saat tahu kalau hamil, ia sangat kecewa dan ingin menggugurkan karena pada masa itu ia tengah membangun kariernya. • Seorang doktor (Ph.D) lulusan Amerika ingin punya penghasilan Rp 15 juta per bulan. Namun, ia tidak berhasil dan hanya bisa meraih Rp 3 juta per bulan. Dengan bantuan hipnosis diketahui sumber masalahnya karena ia memiliki perasaan kuat bahwa dirinya tidak berdaya. Perasaan itu muncul sejak ia mendengar orangtuanya bertengkar hebat dan akhirnya bercerai. Ia sangat ingin mendamaikan mereka supaya tidak bercerai, namun sebagai anak-anak ia tidak berdaya. Dan itulah akar masalahnya. source : |
my banner link
Selasa, 24 Agustus 2010
Bagaimanakah Cara Hipnosis Menyembuhkan ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar