Dalam beberapa hari belakangan, bursa calon Ketua Umum PSSI dimeriahkan oleh munculnya sosok perempuan, yakni Diza Rasyid Ali. Dia secara terus terang akan mencalonkan diri. Siapakah sosok Diza?
Diza merupakan perempuan kelahiran Ujungpandang, Sulawesi Selatan. Saat krisis moneter melanda Indonesia, Oktober 1997, Diza terpilih menjadi manajer Persija. Dia menjadi manajer perempuan pertama di tanah air.
Diza merupakan perempuan kelahiran Ujungpandang, Sulawesi Selatan. Saat krisis moneter melanda Indonesia, Oktober 1997, Diza terpilih menjadi manajer Persija. Dia menjadi manajer perempuan pertama di tanah air.
Sebelum menjadi manajer, Diza sudah berkiprah di Persija sejak tahun 1995. Semula dia menjabat sebagai humas. Tahun 2002-2006, Diza, dipilih menjadi penggurus PSSI Pusat, dan di tahun 2004-2005, Diza didapuk menjadi Manajer PSM Makasar. Karir sepak bola Diza meningkat di tahun 2006-2007, kala itu, ia ditunjuk menjadi Pengurus Pengda PSSI Sulsel, yaitu Wakil Ketua Bidang Pembinaan.
Diza memiliki pengalaman menarik saat memanajeri Persija. Itu terjadi di Stadion Gelora Sepuluh November saat Persija dijamu Persebaya. Ketika itu, Yusuf Ekodono mendapat umpan di depan gawang Persija. Hakim garis mengangkat bendera tanda offside. Pemain Persija pun telanjur tidak bereaksi. Namun, wasit tidak menganggap Yusuf dalam posisi offiside. Maka dengan mulus, Yusuf Ekodono berhasil menceploskan bola ke gawang Persija.Melihat adegan yang dinilai tidak adil tersebut, Diza sangat emosi. Dia berlari ke tengah lapangan. Dengan tanpa ba bi bu, sebuah tendangan kungfu didaratkan ke badan wasit. "Saya tidak pernah menyesali tindakan itu," kata Diza dalam sebuah wawancara dengan wartawan.
Sosok Diza memang bisa garang bisa pula lembut. Diza pernah menangis tersedu di Lapangan Karebosi Makassar. Ketika itu, tahun 2007, Diza menjabat sebagai Direktur Makassar Football School (MFS). Sebuah klub sepakbola berbasis pendidikan. Dia merekrut anak-anak jalanan untuk dididik menjadi pemain bola.
Mengapa Diza menangis? Ternyata, saat itu, Diza terharu karena sekolah sepakbola yang dibina selama tujuh tahun terpaksa ia bubarkan. "Hari ini, dengan berat hati, saya menyatakan untuk menutup dan membubarkan MFS. Saya minta maaf kepada orangtua siswa dan anak-anakku," kata Diza sambil menitikkan air mata.
Di bawah manajemen Diza, MFS 2000 sebenarnya punya prestasi gemilang di kancah internasional. Tahun 2006 meraih juara kedua kompetisi antarklub anak-anak U-17 di Belanda. Tahun 2006 klub ini meraih juara satu Danone Nation Cup di Amsterdam, Belanda. Beberapa anak binaan MFS kini juga tampil di kancah sepak bola nasional.
Lantas, bagaimana rencana Diza bila sudah menjadi Ketua Umum PSSI? Saat deklarasi di Cafe Terrazza Bianco Lantai 1, Hotel Akmani, Jakarta, Minggu (6/3/2011) lalu, Diza mengaku akan mengedepankan pembinaan pemain di usia dini. Tujuannya agar timnas bisa berprestasi.
Walau mengedepankan pembinaan, Diza menyetujui langkah naturalisasi pemain asing sebagai upaya instan saat ini. Bahkan, Diza siap memboyong striker Arsenal yang saat ini dipinjam Real Madrid, yakni Emanuel Adebayor. "Saya akan usahakan dia agar memperkuat timnas Indonesia," katanya. [but]
source: beritajatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar